Minggu, 12 April 2020

CERIS (Cerpen Islami)



Belum Ada Judulnya yah Gaes (Masih Proses alias PDKT) wkwks:v


Kita adalah sepasang takdir yang diberi waktu dan ruang oleh Allah untuk saling membahagiakan. Ketika syukur semakin sulit diucap, mungkin karena kita masih sibuk iri sama bahagia orang lain.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dgn pakaian dan kebiasaan baruku. Hidup terasa lebih tenang, seperti jelas sekali tujuan hidup ini, ya tujuan hidup ini hanya beribadah kpd Allah. Memiliki sahabat yg mampu membimbingku ke Jannah-Nya itu sebuah nikmat yg luar biasa.

Seperti udara, tak nampak namun terasa dan mengena dikalbu. Seperti jarak, tak ada tanda namun terasa sunyi dan hampa dikala rindu kian mencuak.

“Hari ini ada kajian di Masjid. Mau datang tidak?” Notif WhatsApp dari Nina sohib waktu SMK yang tak henti-hentinya mengajak kebaikan.

“Inshaallah Suci dateng, nanti aku kabarin pas mau otw” Balasku yang memang sudah ada niatan untuk hadir dikajian ini. Nambah ilmu, wawasan, dan silaturahmi dengan yang lain.

“Assalamualaikum” Suara dari balik pintu terasa merdu. Sapaan yang terasa hangat untuk didengar dan wajib dijawab tentunya.

“Waalaikumussalam” Aku membuka pintu untuk raja yang hendak berkunjung kegubukku. Tidak asing, raja itu saudaraku sendiri. Lebih tepatnya anak pertama dari kakakku yang sudah lama tidak pulang karena merantau untuk mencari rezeki tentunya.

“Wah, Mas Dedi ternyata. masuk-masuk. Silahkan duduk” Senyum sumringah terlintas dibibirku. Dikunjungi saudara, tentu sangat bungah. Tidak akan pernah ada yang namanya putus saudara jika silaturahmi tetap jalan. Kalaupun tidak ada lagi silaturahmi, kontak batin tidak akan pernah putus.

Seperti sunnah Rasul, hidangkan makan terbaik untuk tamu kita. Apapun yang ada dibalik tudung saji maka tawarkanlah. Dan aku pun membawakan makanan dan minuman untuk perut raja-rajaku.

“Monggo silahkan diminum. Hanya ini yang bisa kami sajikan”
“Tidak usah repot-repot Lik, segitu aja kurang wkwk” Jawab Dedi dengan begitu ngledeknya. Rasanya inginku tampol bahunya seperti masa kecil dulu saat ia meledekku pasti langsung ku tampol. Tapi itu dulu. Kalo sekarang mungkin canggung iya. Hampir lima tahun lamanya tidak berjumpa, hanya via handphone bersua.

“Dede lanang sih dimana Lik?” Panggilan untuk kakek laki-laki dikeluarga ku. Harusnya “Embah”. Tapi tidak tau kenapa cucu-cucu Bapak kalau manggil itu Dede. Pikirku sih, mungkin Bapak sama Mama tidak mau keliatan tua meski usia sudah memakan tubuh dan raganya mangkanya maunya dipanggil Dede eheheh.

“Assalamualaikum” Datanglah Bapa dengan membawa bingkisan. Aromanya manis, dan ternyata jagung manis. “Ehh, kapan pulang Ded? Jadi cakep yah dikota orang.” Tanya Bapa

“Ehh De Lanang. Sama kok de kaya dulu, gimana kabarnya De?” Jawab sang cucu dengan tak lupa mencium tangan sang kakek.
Kring, kringg… suara handphoneku mengganggu perbincangan diruang tamu. Notif dari Nina ternyata.

“Pak, Suci izin ke pengajian dimasjid iya ini udah ditunggu Nina.” Izinnku

“Iya boleh, hati-hati jangan lupa selepas pengajian ilmunya diterapkan dan diamalkan” Pinta Bapak
Tidak lama kemudian aku sampai diMasjid. Mashaallah antusias Jamaah banyak sekali.

Sembari memcari kawan "Nina" yang entah dimana iya duduk mata ini selalu terarah pada sosok yang entah siapa namanya dan siapa ia sebenarnya. Berputar mata ini mencari yang sebetulnya harus dicari tetap saja mengarah kearah sana. "Astaghfirullah, kenapa aku ini, duh dimana pula ini si Nina. Biasanya juga duduk deket-deket jendela tapi kok nggk ada yah? Apa sebelah sana, sebelah sana, atau sana, sana, sana? Ihh apaan deh aku tuh kok jadi ribet sendiri gini. Kan bisa chat, apa gunanya punya hp kalo nggk didifungsikan sebagaimana mestinya" Aku menggerutu pada diri sendiri seperti hilang akal dan tujuan pertama wkwks:v

"Udah sampe belum sih, duduk sebelah mana? ini aku udah di dalem masjid deket jendela depan" Send ke Nina.
"Ini aku baru sampe, bentar lagi aku masuk" Mendapat balasanNya, sedikit membuat bibir ini menggulung. Gimana tidak, ternyata belum sampe dan malah aku yang menunggu. But its okey dengan menunggu bisa kita bisa melatih kesabaran ehehe.

"Kok Belum dimulai-mulai yah kajiannya, sambutan gitu minimal. Kan udah jam segini, nggk biasanya ngaret". Sesekali aku menengok kanan kiri untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Dari sekian banyaknya jamaah yang hadir, apa hanya aku yang clingak -clinguk tidak karuan seperti ini? Entah firasat apa yang menyelimuti pikiranku saat ini, yang jelas sejak aku melihat sosok yang begitu asing tapi adem dilihatnya membuatku semakin penasaran.

Tiba-tiba sosok tersebut menuju mimbar pengisi kajian. Waw, betapa ternganganya mata ini melihat sosok yang begitu adem berada didepan sana.




Next. Tunggu kelanjutan ceritanya yah gaes :)






Riwayat Penulis
Nama lengkap Penulis, Rodotul Suci Muslimah. Brebes, 08 Mei 2000, anak terakhir dari empat bersaudara didesa Sigentong, Kec. Wanasari, Kab. Brebes, Jawa Tengah.
Karya yang berhasil diterbitkan buku kumpulan puisi berjudul “Hanya Ingin Kau Dengar” dan Cerpen berjudul “Sepotong Kisah Usang”.
E-mail : rodotulsucimuslimah08@gmail.com


Tidak ada komentar:

Goresan Pena

Tentang Wanita

`Wanita adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Seperti sabda Rasulullah Saw dlm hadis Shahih, bahwa dunia ini adalah perhiasan & sebaik-bai...