Selasa, 31 Maret 2020

Alasan Bergabung di IPNU-IPPNU

Hallo Gaes, sebelumnya sudah kenal belum dengan saya? Eheheh jika belum, jangan sungkan-sungkan mampir di E-mail saya yang tertera disini yah Gaes !!!
Nah, kali ini saya akan berbagi sedikit cerita, bukan cerita sih tapi ini lebih tepatnya mengenai alasan saya bergabung di IPNU-IPPNU. Budayakan membaca sampai habis yah Gaes wkwks:v Jika ada yang ingin ditanyakan, coret-coret saja dikolom komentar Ehehe:)

IPNU-IPPNU



Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan organisasi sayap NU yang, masing-masing, berdiri pada 24 Februari 1954 dan 2 Maret 1955. Keduanya melaksanakan kebijakan NU di bidang pelajar dan santri. Bertahannya IPNU-IPPNU di usianya yang sudah mencapai 66 dan 65 tahun di 2020 ini, membuktikan perannya terus bermanfaat bagi masyarakat, khususnya kalangan kawula muda. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, IPNU-IPPNU terus memperbaiki dan menata diri agar selalu relevan dengan kebutuhan dan tantangan jaman. Nah, bagi kamu gaes, yang belum gabung di IPNU-IPPNU, saya akan mendoktrin kalian dengan alasan saya kenapa mau gabung di IPNU-IPPNU. Ingat yah Gaes, Baca sampai TUNTAS.. :*

Pertama, dapat banyak teman. Teman merupakan hal yang amat penting di jaman sekarang, sebuah jaman yang banyak ngandelin pertemanan dari sebuah kotak kecil bernama android. Teman-teman seperjuangan ini, nantinya akan menjadikanmu lentera, yang tentu banyak memberi manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Apalagi, teman-teman ini – yang IPNU-IPPNU menyebutnya dengan rekan dan rekanita – adalah teman seiman, sehaluan dan seperjuangan. Dengan basis organisasinya yang luas, sampai di pelosok negeri di Nusantara.

Kedua, dapat banyak ilmu dan pengalaman dari berbagai bidang, profesi dan latar belakang. Profesi dan latar belakang, akan terjadi sebuah proses, yaitu apa yang disebut dengan transformasi pengetahuan.

Ketiga, dapat banyak jaringan, yang jarang sekali ditemui di bangku sekolahan seperti politisi, pengusaha, birokrat, akademisi, aktivis, sampai para ulama dan kiai. Kesemuanya itu tersebar di berbagai tempat, daerah, dan macam bidangnya masing-masing. Dengan terus berjejaring dengan mereka, kita bisa lebih banyak tahu melalui sharing dan bahkan bisa bekerjasama.

Keempat, mengasah kepekaan sosial. Seperti dididik untuk bersama dengan orang yang tidak sama. Dididik terbiasa dengan perbedaan pendapat. Dididik dengan konflik. Dididik dengan keanekaragaman pemikiran, sifat, tingkahlaku dan potensi.

Kelima, berlatih kritis. Di organisasi, selain kita dituntut peka, kita dilatih kritis untuk merespon kondisi sosial dan lingkungan sekitar. Nalar kritis ini takkan terwujud tanpa tahu jati diri kita sebenarnya. Dengan modal Prinsip Perjuangan yang ada di IPNU, dan juga beberapa materi yang menjadi pisau analisa, akan menjadikan kita cepat tanggap dalam merespon sesuatu, tanpa reaktif, apalagi berpikir linier. Nalar ini terbangun seiring dengan peran organisasi IPNU-ippnu itu sendiri yang, paling tidak, ada karena dua hal: meningkatkan kualitas kader di satu sisi dan membuat merespon kondisi sosial disatu sisi menuju arah perubahan yang lebih baik lagi. Dengan demikian, para aktivis menjadi tidak kagetan dan tidak gumunan, namun tetap memiliki cara berbikir (manhajul fikr) yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan dalam bingkai Ahlussunnah wal Jamaah.

Keenam, bisa jalan-jalan. Seiring dengan banyaknya agenda, IPNU akan membawamu dari desa satu ke desa lain, kecamatan satu ke kecamatan lain, kabupaten satu ke kabupaten lain, provinsi satu ke provinsi lain dan bahkan, kalau beruntung, bisa membawamu ke negara satu ke negara lain. Tempat satu ke tempat yang lain. Dan yang paling penting, ini tak sekadar travelling biasa, melainkan ada nilai edukasi, ada spirit perjuangan, ada nilai ukhuwwah, ada nilai dakwah dan nilai-nilai kebaikan lain. Jadi, tentu tak sekadar jalan-jalan pemuas nafsu ses(a)at belaka!

Ketujuh, mendapat sesuatu yang banyak diinginkan anak manusia. Apa itu? Yah, jodoh bagi yang beruntung. Ini sudah banyak buktinya. Dari yang jauh, yaitu Ketum IPNU perdana sendiri Rekan Tolkhah Mansyur dengan Ketum IPPNU perdana rekanita Umroh Mahfudzoh, sampai ratusan bahkan mungkin ribuan kader IPNU yang tertambat hatinya di IPPNU. Seiring dengan kegiatan bersama, tahu satu sama lain, seringkali organisasi sayap muda NU ini menjadi semacam biro jodoh. Banyak sekali kader IPNU yang tertambat hatinya untuk berlabuh di IPPNU. Meski demikian, jodoh disini bukanlah tujuan dari IPNU/IPPNU itu sendiri. IPNU-IPPNU berdiri dalam konteks dan ruang yang lebih luas, panjang dan visioner. Adapun jika kok kebetulan (atau dibetulkan?) bertemu jodohmu di organisasi, itu adalah sebuah berkah. Ingat, ber-kah! Bagi yang belum dapat, tentu saja karena jodoh itu di “tangan Tuhan,” yang itu merupakan satu dari tiga rahasia-Nya.

Sebenarnya, masih banyak lagi alasan yang lebih realistis dan bombastis. Dan alasan lainya kita bisa diskusikan bersama jika kawan-kawan semua beruntung dipertemukan dengan saya eheheh:v Ayo untuk kamu-kamu yang masih muda jangan ragu lagi bergabung di IPNU-IPPNU dan ikut berjuang nguri-uri Nahdlatul Ulama. Karena berjuang di IPNU-IPPNU merupakan bagian ‘izzul ‘ulama’ wan nahdliyyin yang juga merupakan bagian dari ‘izzul Islam wal muslimin. Selamat bergabung di IPNU-IPPNU, Gaes!!!

Salam 3B (Belajar, Berjuang, Bertaqwa)

Sabtu, 28 Maret 2020

MAKALAH NAHDLATUL ULAMA DAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

NAHDLATUL ULAMA DAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(NU dan NKRI)

TUGAS MAKALAH CALON Latihan Kader Muda (LAKMUD) PAC. IPNU IPPNU Wanasari dari tugas Sekolah Kader Berkelanjutan (SKB) I sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan Sekolah Kader Berkelanjutan (SKB) II



Oleh:
Rodotul Suci Muslimah

PIMPINAN RANTING
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA
DESA SIGENTONG
Jalan P.G. Banjaratma Desa Sigentong Kec. Wanasari Kab. Brebes 52252
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan “Kebangkitan Nasional”. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana – setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan “Nahdlatul Fikri” (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
K.H. Hasyim Asy’arie, Rais Akbar (ketua) pertama NU. Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
B.RUMUSAN MASALAH
Dari Latar Belakang yang dipaparkan di atas maka bisa ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.Keterkaitan NU dan NKRI
2.Sejarah NU
3.Peran NU untuk NKRI
4.Mengenal dan Memahami Ideologi Negara
C.TUJUAN
Dari Rumusan Masalah yang dijelaskan diatas maka dapat ditarik tujuan sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui bagaimana Sejarah dari NU
2.Untuk mengetahui keterkaitan NU dan NKRI
3.Untuk mengetahui peran NU untuk NKRI
4.Untuk mengetahui, Mengenal, dan Memahami Ideologi Negara

BAB II
PEMBAHASAN

1.KETERKAITAN NU dan NKRI

Surabaya, NU Online
Bagi KH Marzuki Mustamar, setia kepada Nahdlatul Ulama (NU) bukannya tanpa alasan. Yang dipertaruhkan tidak hanya nama besar para kiai pendiri jam'iyah ini, juga keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. "Pendiri NU adalah para kiai dan ulama," kata Kia Marzuki, sapaan akrabnya Ahad (13/3). Merekalah yang berjuang dalam melawan penjajah, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan khususnya terkait dasar negara dengan landasan Islam, lanjutnya, saat menjadi narasumber terakhir kegiatan Dauroh Aswaja Internasional Lil Gawagis se-Jawa Timur di Jalan Masjid Al-Akbar Timur 9 Surabaya. Bahkan sebelumnya yakni saat pra-kemerdekaan, para pejuang dan pahlawan serta syuhada' tidak tehitung jumlahnya dalam berperang dengan penjajah. "Ada Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, dan sebagainya yang mereka telah mengorbankan harta hingga nyawa untuk kemerdekaan ini," kata dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang ini. Sehingga keberadaan NKRI ini dibangun di atas tulang belulang para syuhada dan ulama, lanjutnya. Karenanya sangat beralasan kalau kemudian NU sebagai organisasi sosial keagamaan menerima Pancasila mengawali organisasi serupa di tanah air. "Karena dari Pancasila telah tercakup seluruh pesan keagamaan yang memang diperjuangkan oleh NU," terangnya. Tentu saja NU dan kiai akan menolak ajakan sejumlah partai politik dan ormas yang akan memperjuangkan negara Islam versi mereka. "Bagaimana kita bisa percaya dengan golongan yang mewacanakan untuk mendirikan negara Islam" katanya. Bukankah secara konsepsional, antara mereka belum satu kata dalam memaknai negara Islam? Ada yang mendambakan khilafah islamiyah jumhiriyah, mamlakah, imamiyah dan sebagainya. "Ini belum termasuk membicarakan para pendiri organisasi dan partai politik tersebut," sergahnya. Kiai Marzuki kemudian mengajak para gus dan ning untuk membandingkan ketokohan dan kelayakan Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari sebagai pendiri NU dan ulama lainnya dengan para pendiri partai dan organisasi keagamaan baru tersebut. "Kalau dibandingkan ya bainas sama' wa sumur minyak," katanya sembari tertawa. Di hadapan ratusan peserta yang hadir, Kiai Marzuki memastikan bahwa di bawah NKRI, segala amaliyah dilindungi dengan baik. "Di Indonesia tahlilan jalan, juga istigatsah, dibaan, barzanji, ziarah kubur dan sejenisnya dilindungi," terangnya. Bagaimana kondisi yang sudah aman dan tentram serta teruji ini akan diganti dengan model kepemimpinan seperti khilafah dan sejenisnya. Siapa yang bisa menjamin bahwa amaliyah warga NU akan terpelihara saat sistem pemerintahan di negeri ini diganti. "Saat saya hendak makan singkong, tiba-tiba ada teman yang mencegah dan menyuruh membuang singkong yang sudah siap disantap," kata Kiai Marzuki memberi tamsil. Sang teman kemudian menjanjikan akan menyediakan roti dan makanan lezat yang lain. Akan tetapi makanan lezat yang disampaikan hanya janji bahkan tidak pernah ada. "Kalau saya menerima tawaran itu kan berarti bodoh?" sergahnya. Itulah perumpamaan kalau kemudian Indonesia akan diubah dengan sistem lain. "Bagaimana mungkin warga NU dan mayoritas umat Islam akan menerima sistem baru yang belum teruji dengan membuang sistem pemerintahan yang telah menjamin banyak hal?" katanya dengan nada bertanya. Mantan Rais PCNU Kota Malang ini memang tidak menampik kalau sistem Pancasila ada kekurangan. "Tapi kita telah diajarkan oleh salafus shalih bahwa apa yang tidak dapat diraih seluruhnya, maka jangan ditinggalkan semuanya," katanya. Jangan karena sistem belum sempurna maka akan diganti dengan sistem baru, apalagi memang belum teruji, lanjutnya. "Dengan sejumlah alasan tersebut, tidak ada pilihan bagi warga NU kecuali semakin mantap dalam berjam'iyah serta kukuh menjaga negeri ini bahkan dikatakan bahwa NKRI harga mati," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)

2.SEJARAH NU
Setibanya di Tebuireng, santri As’ad (KHR As’ad Syamsul Arifin Situbondo) menyampaikan tasbih yang dikalungkan oleh dirinya dan mempersilakan KH Hasyim Asy’ari untuk mengambilnya sendiri dari leher As’ad. Bukan bermaksud As’ad tidak ingin mengambilkannya untuk Kiai Hasyim Asy’ari, melainkan As’ad tidak ingin menyentuh tasbih sebagai amanah dari KH Cholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asy’ari. Sebab itu, tasbih tidak tersentuh sedikit pun oleh tangan As’ad selama berjalan kaki dari Bangkalan ke Tebuireng. Setelah tasbih diambil, Kiai Hasyim Asy’ari bertanya kepada As’ad: “Apakah ada pesan lain lagi dari Bangkalan?” Kontan As’ad hanya menjawab: “Ya Jabbar, Ya Qahhar”, dua asmaul husna tarsebut diulang oleh As’ad hingga tiga kali sesuai pesan sang guru. Setelah mendengar lantunan itu, Kiai Hasyim Asy’ari kemudian berkata, “Allah SWT telah memperbolehkan kita untuk mendirikan jam’iyyah”. (Choirul Anam, 2010: 72) Riwayat tersebut merupakan salah satu tanda atau petunjuk di antara sejumlah petunjuk berdirinya Nahdlatul Ulama (NU). Akhir tahun 1925 santri As’ad kembali diutus Mbah Cholil untuk mengantarkan seuntai tasbih lengkap dengan bacaan Asmaul Husna (Ya Jabbar, Ya Qahhar. Berarti menyebut nama Tuhan Yang Maha Perkasa) ke tempat yang sama dan ditujukan kepada orang sama yaitu Mbah Hasyim. Petunjuk sebelumnya, pada akhir tahun 1924 santri As’ad diminta oleh Mbah Cholil untuk mengantarkan sebuah tongkat ke Tebuireng. Penyampaian tongkat tersebut disertai seperangkat ayat Al-Qur’an Surat Thaha ayat 17-23 yang menceritakan Mukjizat Nabi Musa as. Awalnya, KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) sekitar tahun 1924 menggagas pendirian Jam’iyyah yang langsung disampaikan kepada Kiai Hasyim Asy’ari untuk meminta persetujuan. Namun, Kiai Hasyim tidak lantas menyetujui terlebih dahulu sebelum ia melakukan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT. Sikap bijaksana dan kehati-hatian Kiai Hasyim dalam menyambut permintaan Kiai Wahab juga dilandasi oleh berbagai hal, di antaranya posisi Kiai Hasyim saat itu lebih dikenal sebagai Bapak Umat Islam Indonesia (Jawa). Kiai Hasyim juga menjadi tempat meminta nasihat bagi para tokoh pergerakan nasional. Peran kebangsaan yang luas dari Kiai Hasyim Asy’ari itu membuat ide untuk mendirikan sebuah organisasi harus dikaji secara mendalam. Hasil dari istikharah Kiai Hasyim Asy’ari dikisahkan oleh KH As’ad Syamsul Arifin. Kiai As’ad mengungkapkan, petunjuk hasil dari istikharah Kiai Hasyim Asy’ari justru tidak jatuh di tangannya untuk mengambil keputusan, melainkan diterima oleh KH Cholil Bangkalan, yang juga guru Mbah Hasyim dan Mbah Wahab. Dari petunjuk tersebut, Kiai As’ad yang ketika itu menjadi santri Mbah Cholil berperan sebagai mediator antara Mbah Cholil dan Mbah Hasyim. Ada dua petunjuk yang harus dilaksanakan oleh Kiai As’ad sebagai penghubung atau washilah untuk menyampaikan amanah Mbah Cholil kepada Mbah Hasyim. Dari proses lahir dan batin yang cukup panjang tersebut menggamabarkan bahwa lika-liku lahirnya NU tidak banyak bertumpu pada perangkat formal sebagaimana lazimnya pembentukan organisasi. NU lahir berdasarkan petunjuk Allah SWT. Terlihat di sini, fungsi ide dan gagasan tidak terlihat mendominasi. Faktor penentu adalah konfirmasi kepada Allah SWT melalui ikhtiar lahir dan batin. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa berdirinya NU merupakan rangkaian panjang dari sejumlah perjuangan. Karena berdirinya NU merupakan respons dari berbagai problem keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan kebangsaan dan sosial-masyarakat. Digawangi oleh KH Wahab Chasbullah, sebelumnya para kiai pesantren telah mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916 serta Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918. Kiai Wahab Chasbullah sebelumnya, yaitu 1914 juga mendirikan kelompok diskusi yang ia beri nama Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran, ada juga yang menyebutnya Nahdlatul Fikr atau kebangkitan pemikiran. Dengan kata lain, NU adalah lanjutan dari komunitas dan organisasi-organisasi yang telah berdiri sebelumnya, namun dengan cakupan dan segmen yang lebih luas. Komite Hijaz Embrio lahirnya NU juga berangkat dari sejarah pembentukan Komite Hijaz. Problem keagamaan global yang dihadapi para ulama pesantren ialah ketika Dinasti Saud di Arab Saudi ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW karena menjadi tujuan ziarah seluruh Muslim di dunia yang dianggap bid’ah. Selain itu, Raja Saud juga ingin menerapkan kebijakan untuk menolak praktik bermadzhab di wilayah kekuasaannya. Karena ia hanya ingin menerapkan Wahabi sebagai mazhab resmi kerajaan. Rencana kebijakan tersebut lantas dibawa ke Muktamar Dunia Islam (Muktamar ‘Alam Islami) di Makkah. Bgai ulama pesantren, sentimen anti-mazhab yang cenderung puritan dengan berupaya memberangus tradisi dan budaya yang berkembang di dunia Islam menjadi ancaman bagi kemajuan peradaban Islam itu sendiri. Choirul Anam (2010) mencatat bahwa KH Wahab Chasbullah bertindak cepat ketika umat Islam yang tergabung dalam Centraal Comite Al-Islam (CCI)--dibentuk tahun 1921--yang kemudian bertransformasi menjadi Centraal Comite Chilafat (CCC)—dibentuk tahun 1925--akan mengirimkan delegasi ke Muktamar Dunia Islam di Makkah tahun 1926. Sebelumnya, CCC menyelenggarakan Kongres Al-Islam keempat pada 21-27 Agustus 1925 di Yogyakarta. Dalam forum ini, Kiai Wahab secara cepat menyampaikan pendapatnya menanggapi akan diselenggarakannya Muktamar Dunia Islam. Usul Kiai Wahab antara lain: “Delegasi CCC yang akan dikirim ke Muktamar Islam di Mekkah harus mendesak Raja Ibnu Sa’ud untuk melindungi kebebasan bermadzhab. Sistem bermadzhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz harus tetap dipertahankan dan diberikan kebebasan”. Kiai Wahab beberapa kali melakukan pendekatan kepada para tokoh CCC yaitu W. Wondoamiseno, KH Mas Mansur, dan H.O.S Tjokroamonoto, juga Ahmad Soorkatti. Namun, diplomasi Kiai Wahab terkait Risalah yang berusaha disampaikannya kepada Raja Ibnu Sa’ud selalu berkahir dengan kekecewaan karena sikap tidak kooperatif dari para kelompok modernis tersebut. Hal ini membuat Kiai Wahab akhirnya melakukan langkah strategis dengan membentuk panitia tersendiri yang kemudian dikenal dengan Komite Hijaz pada Januari 1926. Pembentukan Komite Hijaz yang akan dikirim ke Muktamar Dunia Islam ini telah mendapat restu KH Hasyim Asy’ari. Perhitungan sudah matang dan izin dari KH Hasyim Asy’ari pun telah dikantongi. Maka pada 31 Januari 1926, Komite Hijaz mengundang ulama terkemuka untuk mengadakan pembicaraan mengenai utusan yang akan dikirim ke Muktamar di Mekkah. Para ulama dipimpin KH Hasyim Asy’ari datang ke Kertopaten, Surabaya dan sepakat menunjuk KH Raden Asnawi Kudus sebagai delegasi Komite Hijaz. Namun setelah KH Raden Asnawi terpilih, timbul pertanyaan siapa atau institusi apa yang berhak mengirim Kiai Asnawi? Maka lahirlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama (nama ini atas usul KH Mas Alwi bin Abdul Aziz) pada 16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan 31 Januari 1926 M. Riwayat-riwayat tersebut berkelindan satu sama lain, yaitu ikhtiar lahir dan batin. Peristiwa sejarah itu juga membuktikan bahwa NU lahir tidak hanya untuk merespons kondisi rakyat yang sedang terjajah, problem keagamaan, dan problem sosial di tanah air, tetapi juga menegakkan warisan-warisan kebudayaan dan peradaban Islam yang telah diperjuangkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Tepat pada 31 Januri 2020, Nahdlatul Ulama berusia 94 tahun dalam hitungan tahun masehi. Sedangkan pada 16 Rajab 1441 mendatang, NU menginjak umur 97 tahun. Selama hampir satu abad tersebut, NU sejak awal kelahirannya hingga saat ini telah berhasil memberikan sumbangsih terhadap kehidupan beragama yang ramah di tengah kemajemukan bangsa Indonesia. Setiap tahun, Harlah NU diperingati dua kali, 31 Januari dan 16 Rajab. Penulis: Fathoni Ahmad Editor: Abdullah Alawi


3.PERAN NU untuk NKRI
Jakarta, NU Online Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan supremasi peran Nahdlatul Ulama (NU) untuk bangsa dan negara. Hal ini ia sampaikan saat melakukan pidato kebudayaan dalam rangka Harlah ke-91 NU, Selasa (31/1) di halaman Gedung PBNU Jakarta. Peran tersebut menurut Kiai Said ditopang kuat oleh para kiai di kampung dan puluhan ribu pesantren yang dimiliki oleh NU. “Merekalah perekat kehidupan berbangsa dan mempunyai peran kuat dalam membentuk karakter bangsa yang santun, ramah, dan kuat,” ujar Kiai Said di hadapan warga NU, pejabat negara, dan tamu undangan yang memadati Gedung PBNU. Berikut penegasan peran NU oleh Kiai Said dalam pidato kebudayaannya: Adalah Nahdlatul Ulama Jauh sebelum Indonesia merdeka pada Muktamar 1936 di Banjarmasin menyatakan bahwa Indonesia adalah Darussalam. Adalah Nahdlatul Ulama Yang para pemimpinya terlibat aktif membidani kemerdekaan Indonesia. Melalui BPUPKI dan PPKI pada tahun 1945. Adalah Nahdlatul Ulama Yang menyerukan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, kewajiban mengangkat senjata mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Adalah Nahdlatul Ulama Yang berdiri terdepan melawan PKI pada tahun 1965 menyelamatkan Pancasila. Adalah Nahdlatul Ulama Di era orde baru menjadi Ormas yang pertama kali menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Adalah Nahdlatul Ulama Yang terlibat aktif melahirkan era reformasi. Adalah Nahdlatul Ulama Yang menolak radikalisme agama dan sentimen SARA, yang kini mengancam keutuhan NKRI. Adalah Nahdlatul Ulama Yang puluhan juta warganya istiqomah membentengi Indonesia dari ekstrimisme kiri maupun ekstrimisme kanan. Adalah Nahdlatul Ulama Payung besar tegaknya toleransi beragama di Indonesia Adalah Nahdlatul Ulama. Yang genap berusia 91 tahun pada 31 Januari 2017, dan tidak pernah sekalipun melakukan bughat/makar terhadap Pancasila dan NKRI. Inilah Nahdlatul Ulama Meski dibully, difitnah, dan dicaci tetap berdiri membela NKRI. “Saudaraku sekalian, marilah melayani Nahdlatul Ulama seikhlas NU melayani NKRI,” tegas Kiai Said. (Fathoni)

4.MENGENAL dan MEMAHAMI IDEOLOGI NEGARA
Memahami ideologi bangsa Indonesia menjadi penting, agar rasa nasionalisme bisa tertanam didalam diri bangsa Indonesia. Hal ini disampaikan wakil ketua MPR RI Mahyudin saat berpidato pada acara Sosialisasi Empat Pilar di Gedung Alawiyah, Universitas Islam As Syafi’iyah, Senin (21/09/2015). Kegiatan ini diikuti sekitar 450 mahasiswa menampilkan narasumber Abdul Malik Haramayn (Fraksi PKB) dan Hardisoesilo (Fraksi Golkar). “Penting sekali memahami tentang ideologi bangsa kita, memahami dasar Negara kita, memahami pemersatu kita yaitu Pancasila. Agar tertanam rasa nasionalisme yang kuat,” ujarnya. Beliau pun menjelaskan jika kegiatan ini merupakan tugas MPR RI yaitu untuk memasyarakatkan pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika lewat sosialisasi Empat Pilar. Selain itu, MPR RI juga mengkaji sistem ketatanegaraan UUD 1945 dan pelaksanaannya, serta menyerap aspirasi masyarakat terkait penerapan UUD 1945. Ia pun melanjutkan jika isi dari Sosialisasi Empat Pilar ialah Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara, Undang-Undang NRI 1945 sebagai konstitusi Negara dan merupakan sumber hukum di Indonesia, NKRI sebagai bentuk Negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara. Selain itu, pada kesempatan ini Ia menjelaskan jika dirinya mengkhawatirkan Indonesia hanya menjadi pasar negara lain ketika Mayarakat Ekonomi Asean diberlakukan pada akhir tahun ini. Penduduk Indonesia yang besar menjadi potensial market Negara lain. Menurutnya, untuk menghadapi MEA para mahasiswa perlu mendalami ideologi Pancasila sehingga memiliki nasionalisme yang kuat. "Kita bangun rasa nasionalisme. Kita bangkitkan kebanggaan pada Tanah Air. Buat diri kita bangga terhadap Indonesia. Kalau nasionalisme itu tidak ditumbuhkan, Indonesia hanya menjadi pasar bagi negara lain," kata Mahyudin. Untuk itu, Mahyudin setuju dengan kebijakan pemerintah yang meletakkan perguruan tinggi di bawah kementerian riset. "Perguruan tinggi memang harus berorientasi riset, tidak hanya mencetak sarjana. Dengan riset maka akan memotivasi kalangan muda bangkit membawa Indonesia menjadi negara yang dibanggaka, dan menumbuhkan rasa cinta Tanah Air," katanya.


BAB III
KESIMPULAN
Dari materi-materi yang sudah disampaikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) Didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagi Rais Akbar, Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah Wal Jama’ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis), Jumlah warga Nahdlatul Ulama atau basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi. Sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah dan pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.


DAFTAR PUSTAKA
1.https://www.nu.or.id/post/read/66527/ini-alasan-mengapa-harus-setia-kepada-nu-dan-nkri
2.https://www.nu.or.id/post/read/116035/sejarah-singkat-berdirinya-nahdlatul-ulama
3.https://www.nu.or.id/post/read/75088/penegasan-peran-nu-untuk-bangsa-dan-negara-oleh-kiai-said
4.https://nasional.kompas.com/read/2015/09/22/09574071/Pentingnya.Memahami.Ideologi.Bangsa.Indonesia.

MAKALAH IPNU dan IPPNU

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
(IPNU dan IPPNU)

TUGAS MAKALAH CALON Latihan Kader Muda (LAKMUD) PAC. IPNU IPPNU Wanasari dari tugas Sekolah Kader Berkelanjutan (SKB) II sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan Sekolah Kader Berkelanjutan (SKB) III




Oleh:
Rodotul Suci Muslimah

PIMPINAN RANTING
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA
DESA SIGENTONG
Jalan P.G. Banjaratma Desa Sigentong Kec. Wanasari Kab. Brebes 52252

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Sesungguhnya dewasa ini tengah terjadi krisis multidimensional dalam segala aspek kehidupan di tengah-tengah masyarakat kita. Terjadinya kezhaliman, kebodohan, ketidak adilan di segala bidang, kemerosotan moral, meningkatnya tindak kriminal dan berbagai penyakit sosial lainnya seolah menjadi bagian dari kehidupan kita. Kemajuan ilmu, tekhnologi, dan seni tidak di imbangi dengan kebudayaan dan peradaban yang pantas dan berkualitas, sehingga ilmu dan tekhnologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab. Hal ini dapat kita rasakan dengan adanya krisis moral yang sedang melanda bangsa ini.
Salah satu penyakit moral bangsa ini adalah kenakalan remaja yang semakin hari semakin mewabah dimana-mana. Menurunnya akhlak dan moralitas pelajar ditandai dengan semakin meningkatnya tindak kekerasan dan criminal seperti tawuran antar pelajar, pergaulan dan seks bebas dan tindak asusila lainnya, semua berkembang menjadi fenomena social yang sedemikian meresahkan. Jumlah pelaku di kalangan pelajar terus mengalami peningkatan dari waktu kewaktu.
Pada dasarnya pendidikan nasional di Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jika melihat dunia pendidikan, seharusnya seorang pelajar atau akademisi memiliki nilai-nilai luhur yang termanifestasikan didalam perilaku dan sikapnya. Pelajar inilah yang kemudian membedakannya dengan kalangan atau lapisan masyarakat yang lain serta memiliki nilai prestise tersendiri. Ditambah lagi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang religius, dengan ditandai mayoritas beragama islam. Dengan demikian seharusnya lebih tidak pantas lagi ketika seorang pelajar yang merupakan bagian dari masyarakat yang religious menyelesaikan masalah dengan proses perkelahian dan kekerasan. Lebih ironis lagi kualitas pendidikan di Indonesia juga tidak meningkat secara signifikan dan masih banyak masalah pelajar di Indonesia selain kekerasan, seperti pergaulan bebas, narkoba, dan tindak kriminal lain.
Keadaan tersebut mendorong lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk memberi pengetahuan, keterampilan, dan mengembangkannya baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Salah satu pendidikan non formal itu adalah melalui organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah organisasi pelajar yang berada dibawah naungan jam‟iyyah Nahdlatul Ulama (NU), dalam sisi ini IPNU IPPNU merupakan tempat berhimpun , wadah berkomunikasi, aktualisasi, dan kaderisasi pelajar NU. Sementara disisi lain IPNU IPPNU merupakan bagian integral dari generasi muda terpelajar Indonesia yang menitikberatkan bidang garapanya pada pembinaan pelajar dan remaja pada umumnya.
Dengan posisi strategis itulah IPNU IPPNU mengemban mandat sejarah yang tidak ringan. Di satu sisi sebagai badan otonom Nadlatul Ulama, IPNU juga melakukan kaderisasi NU pada segmen pelajar, santri dan remaja. Pada saat yang sama, sebagai organisasi pelajar IPNU juga di tuntut mamainkan peran sebagai organ garakan pelajar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari gerakan pelajar ditanah air.
IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) memiliki tugas dan peran besar didalam problem solving terkait permasalahan pelajar, seperti tawuran dan kekerasan atau anarkisme. Peran IPNU IPPNU adalah sebagai internalisator nilai atau penanaman nilai. IPNU IPPNU tentu saja memiliki nilai-nilai luhur karena lahir dari organisasi Islam Nahdlatul Ulama yang berasaskan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, dimana islam Ahlussunnah wal Jama’ah dikenal sebagai (firqah) Islam yang mampu menampilkan Islam yang sebenarnya, yaitu salah satunya bersifat moderat. IPNU IPPNU dapat menjalankan peranya dengan berbagai banyak kegiatan, misalkan role play kegiatan keagaman, pendampingan keagamaan, seminar, berdakwah, mendekatkan pelajar dengan tokoh-tokoh sejarah Islam dan sebagainya. Dengan motto “ Belajar, Berjuang, dan Bertaqwa” maka organisasi IPNU IPPNU sangat berpengaruh dalam meningkatkan nilai-nilai spiritual, social, dan emosional bagi pelajar\remaja.

B.RUMUSAN MASALAH
Dari Latar Belakang yang dipaparkan di atas maka bisa ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.IPNU dan IPPNU Sebagai Organisasi Keterpelajaran
2.Peran IPNU dan IPPNU dimasyarakat
3.Sejarah IPNU dan IPPNU
C.TUJUAN
Dari Rumusan Masalah yang dijelaskan diatas maka dapat ditarik tujuan sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui kenapa IPNU dan IPPNU Sebagai Organisasi Keterpelajaran
2.Untuk mengetahui Peran IPNU dan IPPNU dimasyarakat
3.Untuk mengetahui Sejarah IPNU dan IPPNU


BAB II
PEMBAHASAN
1.IPNU dan IPPNU sebagai Organisasi Keterpelajaran
IPNU-IPPNU sebagai organsasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan kemasyarakatan, kebangsaan dan keagaman yang berhaluan Islam Ahlussnuah Waljamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi. Oleh karenanya menjadi kewajiban setiap warga IPNU-IPPNU untuk terus mempelajari perubahan itu, mengkajinya kemudian mencoba untuk mengantisipasinya. Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila warganya juga senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang melatar belakangi kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini dari masa ke masa. Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk menentukan langkah dan alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan saran untuk terus menyebarluaskan IPNU-IPPNU sekaligus wadah generasi muda NU untuk menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah.
“IPNU-IPPNU sebagai Organisasi Keterpelajaran itu dalam konteks kaderisasi In-Formal dan Non-Formal dimana isinya mengandung aspek-aspek pengetahuan diluar wawasan ke-IPNU dan IPPNU-an dan atau ke-NU-an. Disebut pula bersifat keterpelajaran yaitu berkaitan dengan anggota IPNU dan IPPNU yang secara global berusia pelajar/mahasiswa.” Kata Rekan Wahyu Haryanto PAC. IPNU Wanasari.
2.Peran IPNU - IPPNU Bagi Masyarakat
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan organisasi badan otonom dari NU seperti halnya Ansor, Fatayat, maupun Muslimat. Keanggotaan IPNU-IPPNU berdasarkan usia ialah 12 s.d 27 tahun, maka bisa diartikan bahwa peran IPNU-IPPNU sangat penting untuk NU di masa yang akan datang. IPNU - IPPNU, dengan jenjang kaderisasinya yang sangat tertata rapih, sangat berpotensi dan berpeluang besar untuk melahirkan para pelajar-pelajar NU yang berkualitas, baik berkualitas sebagai akademisi, organisatoris, dan tentu dengan berbekal ilmu keagamaan yang mumpuni serta didasari dengan akhlakul karimah.
Untuk menjawab tantangan zaman yang semakin komplek kehancuran diri kemanusiaan, degradasi moral bangsa, khususnya kaum muda termasuk pelajar, lunturnya nilai-nilai luhur dari local genius (kearifan lokal), derasnya arus informasi dari segala arah, tanpa bisa dibendung lagi, yang mengakibatkan perpecahan disetiap lapisan masyarakat, entah itu pejabat pemerintah, pimpinan partai politik, antar pimpinan umat beragama, dan antar ormas di dunia, maka IPNU - IPPNU adalah pilihan tepat bagi para pelajar Indonesia, khususnya pelajar NU untuk menambah pengetahuan tentang agama, menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan positif, menata akhlak dan budi pekerti, berproses dalam organisasi (belajar kepemimpinan, keorganisasian, dsb.) serta memperluas wawasan kebangsaan sebagai bekal menjadi "ummatan wasathan" sebagaimana yang dicita-citakan oleh sesepuh NU terdahulu.
Ummatan Wasathan atau ummat penengah ialah suatu ummat yang selalu memposisikan dirinya sebagai penengah dari setiap permasalahan berbangsa maupun beragama. Ketika ada kaum radikalis (katakan saja teroris) dan dilain sisi ada kaum liberal yang memahami agama dengan bebas dan sesuka hati, maka ummatan wasathan ialah mereka yang tidak memihak sekaligus tidak memusuhi keduanya, kecuali karena Allah mengizinkan dan faktor cinta tanah air. Dan yang dimusuhi bukan orangnya tetapi perilakunya.
Pimpinan Ranting IPNU - IPPNU Desa Sigentong Kecamatan Wanasari yang secara sosio-geografis berada di wilayah pedesaan sangat berperan penting bagi para pelajar di wilayah tersebut, yang mayoritas ialah warga nahdliyyin. Kegiatan-kegiatan apa pun, walau pun sangat sederhana, pasti memiliki manfaat dan nilai keberkahan tersendiri, apa lagi dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kebahagiaan diantaranya kegiatan rutinan yakni Jamiyah Pembacaan Al Barzanji setiap malam sabtu 2 minggu sekali.
3.SEJARAH IPNU dan IPPNU
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
Sejarah lahirnya IPNU
Berawal dari ide para putra Nahdlatul Ulama, yakni pelajar dan santri pondok pesantren untuk mendirikan suatu kelompok atau perkumpulan:
Pada tahun 1939 lahir PERSANO (Persatoean Santri Nahdlatoel Oelama).
Pada tahun 1947 Lahir IMNU (Ikatan Murid Nahdlatul Ulama) di Malang.
Pada tahun 1950 berdiri IMNU (Ikatan Mubaligh Nahdlatul Ulama di Semarang.
PARPENO (Persatoean Pelajar Nahdlatoel Oelama) di Kediri.
Di Bangil berdiri Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Ulama.

Namun organisasi-organisasi yang telah berdiri di atas masih berjuang sendiri-sendiri dan tidak mengenal di antara satu sama lain. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, maka Almarhum Tholcha Mansyur (Malang), Sofyan Cholil (Jombang), H. Mustamal (Solo) bermusyawarah untuk mempersatukan organisasi-organisasi tersebut dalam satu wadah, satu nama dan satu faham dengan nama IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) saat berlangsung kongres LP Ma’arif di Semarang pada tanggal 24 Februari 1954/20 Jumadil akhir 1373 Hijriyah.
Pada kongres ke VI di Surabaya IPNU menjadi badan otonom NU (Nahdlatul Ulama). Sehingga IPNU Berhak mengatur rumah tangganya sendiri baik ke luar maupun ke dalam, tidak lagi tergantung kepada kebijakan LP Ma’arif.
Pada perkembangan selanjutnya IPNU berubah nama menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama saat kongres ke X di Jombang disebabkan organisasi pelajar yang diakui pemerintah hanya OSIS sebagai organisasi intra sekolah dan Pramuka sebagai organisasi ekstra sekolah. Sehingga ladang garap IPNU tidak hanya pelajar dan santri saja, tetapi juga pemuda, remaja dan mahasiswa.
Di dalam kongres XIV tanggal 18 – 24 Juni 2003 di Surabaya IPNU sepakat untuk kembali ke habitatnya semula dengan berganti nama menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dengan orientasi pelajar, santri dan mahasiswa.
Lahirnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan wadah pengkaderan bagi generasi muda NU yang bersumber dari kalangan pesantren dan pendidikan umum, yang diharapkan dapat berkiprah di berbagai bidang, baik politik (kebangsaan), birokrasi, maupun bidang-bidang profesi lainnya. Pada awalnya embrio organisasi ini adalah berbagai organisasi atau asosiasi pelajar dan santri NU yang masih bersifat lokal dan parsial.
Fungsi & Tujuan Organisasi :
Fungsi
a.Wadah perjuangan pelajar Nahdlatul Ulama dalam pendidikan dan kepelajaran.
b.Wadah pengkaderan pelajar Nahdlatul Ulama untuk mempersiapkan kader-kader bangsa dan kepemimpinan Nahdlatul Ulama.
c.Wadah penguatan pelajar Nahdlatul Ulama dalam melaksanakan dan mengembangkan Islam ahlussunah wal-Jamaah untuk melanjutkan semangat, jiwa dan nilai-nilai nahdliyah
Tujuan
Tujuan IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Usaha, Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka IPNU melaksanakan usaha-usaha:
1)Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi.
2)Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus   perjuangan bangsa.
3)Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat guna terwujudnya khaira ummah.
4)Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi.


Lambang Organisasi
Gambar Logo IPNU



Makna Logo
Bulat yang berarti kontinyu/istiqomah.
Bertuliskan I.P.N.U tiga titik bermakna Iman, Islam dan Ihsan.
Tulisan IPNU diapit tiga garis sejajar yang melambangkan rukun iman.
Sudut bintang lima melambangkan rukun islam.
Bintang melambangkan cita-cita yang tinggi.
Bintang besar di bawah tulisan IPNU melambangkan Nabi Muhammad SAW.
Empat bintang sebelah kanan melambangkan khulafaurrosyidin.
Empat bintang sebelah kiri melambangkan empat madzhab.
Dua buah kitab artinya Alqur’an dan Hadits.
Bulu melambangkan ilmu.
Dua bulu angsa bersilang melambangkan sintesa menuntut ilmu umum dan ilmu agama.
Warna hijau berarti kesuburan, warna kuning berarti kejayaan ( hikmah dan cita-cita yang tinggi) serta warna putih berarti suci

Struktur Organisasi IPNU
1.Pimpinan tertinggi IPNU di ibu kota Negara disebut Pimpinan Pusat
IPNU (PP IPNU)
2.Pimpinan IPNU di provinsi disebut Pimpinan Wilayah IPNU (PW IPNU)
3.Pimpinan IPNU di kabupaten/kota disebut Pimpinan Cabang IPNU (PC IPNU)
4.Pimpinan IPNU di kecamatan disebut Pimpinan Anak Cabang IPNU (PAC IPNU)
5.Pimpinan IPNU di desa/kelurahan disebut Pimpinan Ranting IPNU (PR IPNU)
6.Pimpinan IPNU di Lembaga Pendidikan perguruan tinggi, pondok pesantren, SLTP/MTs, SLTA/MA dan yang sederajat disebut Pimpinan Komisariat IPNU (PK IPNU)

Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama disingkat IPPNU adalh organisasi pelajar yang menghimpun pelajar dan santri perempuan Nahdlatul Ulama. Organisasi ini didirikan pada tanggal 8 rajab 1374/ 2 maret 1955 di Solo, Jawa Tengah. Salah seorang pendirinya bernama Hj. UMRAH MAHFUDHAH.
Semula IPPNU merupakan bagian dari lembaga Pendidikan ma’arif, tetapi sejak kongres di Surabaya tahun 1966, IPPNU mellepaskan diri dari LP. Maarif dan menjadi salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama.
IPPNU pernah beralih dari organisasi pelajar kepada organisasi remaja. Pada saat konggres ke-9 di Ponpes Mambaul Maarif Denanyar Jombang tanggal 28 Januari – 1 Pebruari 1988, kepanjangan IPPNU berubah menjadi Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama.
Baru pada konggres IPPNU ke-13 di Surabaya tahun 2003 kepanjangan IPPNU kembali menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.
TUJUAN IPPNU
Sebagai bagian dari badan otonom Nahdlatul Ulama, IPPNU mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
1)Sebagai wadah berhimpun pelajar dan santri putri NU untuk melanjutkan semangat, jiwa dan nilai-nilai nahdliyin.
2)Sebagai wadah komunikasi pelajar dan santri putri NU untuk menggalang ukhuwah Islamiyah dan Syiar Islam.
3)Sebagai wadah kaderisasi pelajar dan santri putri NU untuk mempersiapkan Kaderisasi bangsa.


Lambang Organisasi
Gambar Logo IPPNU



Makna Logo
warna Dasar Hijau melambangkan Kesuburan, Kebesaran.
Warna Putih bermakna suci.
Warna Kuning bermakna Hikmah yang tinggi.
Bentuk Segitiga melambangkan Istiqomah, kokoh dan iman, Islam, Ikhsan.
Lima Titik Dalam Kata IPPNU bermakna Rukun Islam.
Dua Kuncup Bunga Melati melambangkan Perempuan dengan Kebersihan Fikiran dan Kesucian Hati.
Dua Garis Putih mengapit Garis Kuning bermakna Dua Kalimat Syahadat.
Bintang bermakna Ketinggian Cita-Cita.
Sembilan Bintang melambangkan Lambang Keluarga NU, yaitu : Satu Bintang Besar di tengah : Nabi Muhammad SAW, Empat Bintang Kanan : Khulafaur Rasyidin, Empat Bintang Kiri : Madzhabb Empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali).
Dua Kitab bermakna Al-Qur’an dan Hadist.
Dua Bulu Angsa Bersilang melambangkan Sintesa antara Ilmu Agama dan Ilmu Umum


Mars Ipnu dan Mars IPPNU

MARS IPNU

Wahai pelajar Indonesia
Siapkanlah barisanmu
Bertekad bulat bersatu di bawah kibaran panji IPNU
Ayohai pelajar islam yang setia
Kembangkanlah agamamu
Dalam Negara Indonesia
Tanah air yang kucinta
Dengan berpedoman kita belajar, berjuang serta bertaqwa
Kita bina watak nusa dan bangsa
Tuk kejayaan masa depan
Bersatu wahai pelajar islam jaya tunaikanlah kewajiban yang mulia
Ayo maju…. pantang mundur….
Dengan rahmat tuhan kita perjuangkan
Ayo maju…. Pantang mundur….
Pasti tercapai adil makmur

MARS IPPNU

Sirnalah gelap terbitlah terang
Mentari timur sudah bercahya
Ayunkan langkah pukul genderang
S’gala rintangan mundur semua
Tiada laut sedalam iman
Tiada gunung setinggi cita
Sujud kepala kepada tuhan
Tegak kepala lawan derita
Di malam yang sepi di pagi yang terang
Hatiku teguh bagimu ikatan
Di malam yang hening di hati membakar
Hatiku penuh bagimu pertiwi
Mekar seribu bunga di taman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu kucari amal kuberi
Untuk agama bangsa negeri


BAB III
KESIMPULAN
Dari materi-materi yang sudah disampaikan menyimpulkan bahwasanya banyak ragam organisasi di Indonesia yang dapat di jadikan sarana belajar, bermasyarakat, bersosialisasi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa ini. Sebagai generasi muda kita perlu terjun membangun masyarakat salah satunya, tentu saja yang sesuai dengan usia, selera dan keyakinan agama kita. Karena kita tahu keyakinan adalah dasar utama untuk hidup, tanpa keyakinan hidup akan berlalu tanpa membuahkan perjuangan. Oleh karena itu untuk meyakini suatu hal., kita perlu lebih dahulu mengetahui sebenarnya segala sesuatu, apa dan bagaimana hal tersebut, termasuk dengan IPNU dan IPPNU.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah organisasi pelajar yang berada dibawah naungan jam‟iyyah Nahdlatul Ulama (NU), dalam sisi ini IPNU IPPNU merupakan tempat berhimpun , wadah berkomunikasi, aktualisasi, dan kaderisasi pelajar NU. Sementara disisi lain IPNU IPPNU merupakan bagian integral dari generasi muda terpelajar Indonesia yang menitikberatkan bidang garapanya pada pembinaan pelajar dan remaja pada umumnya. Dengan posisi strategis itulah IPNU IPPNU mengemban mandat sejarah yang tidak ringan. Di satu sisi sebagai badan otonom Nadlatul Ulama, IPNU juga melakukan kaderisasi NU pada segmen pelajar, santri dan remaja. Pada saat yang sama, sebagai organisasi pelajar IPNU-IPPNU juga di tuntut mamainkan peran sebagai organisasi garakan pelajar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari gerakan pelajar ditanah air terutama Islam yang berhaluan ahlu sunnah wal jamaah.
Berdasarkan klasifikasi diatas, bahwasanya Peran Organisasi Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU IPPNU) sangat penting dalam Meningkatkan Karakter Religius Pelajar, seperti halnya dalam kegiatan ke-IPNU IPPNUan yang bersifat religius atau keagamaan.
IPNU-IPPNU merupakan garda depan kaderisasi NU dan salah satu badan otonom di lingkungan NU. Sebagai organisasi kader NU, maka baik aqidah-asasnya juga mengikuti NU. Tepatnya, IPNU beraqidah Islam yang berhaluan ahlussunnah wal jama‟ah.
IPNU-IPPNU sangatlah penting dalam meningkatkan karakter religius pelajar , hal ini dengan adanya kegiatan-kegiatan yang bernuansa religius, ataupun forum rohani, selain dapat meningkatkan karakter relius pelajar juga dapat menjadi penerus NU yang tangguh dan berhaluan ahlu sunnah wal jamaah an-nahdliyah. Serta dengan adanya organisasi IPNU IPPNU dapat membentuk pelajar untuk menjadi uswatun khasanah utuk kelangan pelajar yang lain. Dengan adanya kegiatan-kegiatan religius seperti yang sudah di jelaskan di atas akan dapat membangun karakter religius seperti halnya kegiatan bakti sosial, santunan anak yatim, buka bersama, kajian keagamaan, kegiatan pengajian memperingati hari besar dan masih banyak yang lain. Dengan kegiatan tersebut maka pelajar akan terbiasa berbuat baik dan bertingkatlah karakter religiusnya.

DAFTAR PUSTAKA
1.http://pelajarnutropodo.blogspot.com/2017/10/materi-ke-ipnu-ippnu-an.html

Senin, 02 Maret 2020

Puisi Dengan Tema Kemanusiaan




"Aku Melihat Keikhlasannya"
Oleh : Rodotul Suci Muslimah

Sapu lidi senjatanya
Jalanan tempat kerjanya
Sarung tangan pelindung tangannya
Topi kerucut pelindung mahkotanya

Kaki melangkah mencium aspal
Terbungkus sepatu menjulang ke dengkul
Kecilnya debu ia ambil masukkan kebakul
Tak pernah berhenti sampai semuanya terkumpul

Dari jauh kulihat sebuah mobil tengah melaju tepat kearah ia menyapu
Menjulurkan tangan membuang bingkisan dari dalam tanpa berseteru
Kulihat pula ia hanya mengambil bingkisan itu
Menghela napas tanpa menggerutu

Sungguh sangat mulia wanita penyapu jalanan itu

Brebes, 25 Maret 2019

Minggu, 01 Maret 2020

Puisi dari buku "Hanya Ingin Kau Dengar"




"Secarik Kopi"
Oleh : Rodotul Suci Muslimah

Sunguh aku seperti mengulang masa lampau
Kudapati secarik kopi yang berisi kertas
Kertas manja yang berbicara
Tuangan air panas yang tumpah
Membuatku terlena malam itu

Brebes,30 Juni 2018

Goresan Pena

Tentang Wanita

`Wanita adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Seperti sabda Rasulullah Saw dlm hadis Shahih, bahwa dunia ini adalah perhiasan & sebaik-bai...