Senin, 29 Agustus 2016

MENGANALISIS KEMAHARAJAAN VOC



MENGANALISIS
KEMAHARAJAAN VOC
MENGANALISIS KESERAKAHAN KONGSI DAGANG
a.     Lahirnya VOC
Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa tujuan kedatangan orang-orang eropa kedunia timur antara lain untuk mendapatkan keuntungan dan kekayaan. Tujuan ini boleh dikatakkan dapat dicapai setelah mereka menemukan rempah-rempah dikepulauan nusantara. Berita tentang keuntungan yang melimpah berkat perdagangan rempah rempah itu menyebar luas. Dengan demikian semakin banyak orang-orang eropa yang tetarik pergi ke nusantara. Mereka saling berinteraksi dan bersaing dalam meraup keuntungan berdagang. Para pedagang atau perusahaan bersaing dengan para pedagang belanda, bersaing dengan para pedagang spanyol, bersaing dengan para pedagang inggris, dan seterusnya. Bahkan tidak hanya dengan antar bangsa, antar kelompok ataupun kongsi dagang, dalam satu bangsa pun mereka saling bersaing. Oleh karena itu, untuk memperkuat posisi nya didunia timur masing masing kongsi dagang dari satu negara membentuk persekutuan dagang bersama. Sebagai contoh seperti pada tahun 1600 inggris membentuk kongsi dagang yang di beri nama “East India Compeny” (EIC). Kongsi dagang EIC ini kantor pusatnya berkedudukan di kuta india. Dari kalkuta kekuatan dan setiap kebijakan inggris di dunia timur dikendalikan. Pada tahun 1811 kedudukan inggris begitu kuat dan meluas bahkan pernah berhasil mendapatkan kekuasaan nya di nusantara.
Persaingan yang cukup keras juga diantar perusahaan dagang orang-orang Belanda. Masing masing ingin memenangkan kelompoknya agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kenyataan ini mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah dan parlemen belanda, sebab persaingan antar kongsi belanda juga akan merugikan kerajaan belanda sendiri. Terkait dengan itu, maka pemerintah dan paelemen belanda (States general) pada tahun 1598 mengusulkan agar antar kongsi dagang belanda bekerja sama membentuk perusahaan dagang yang lebih besar. Usulan ini terealisasi 4 tahun berikutnya yakni pada 20 maret 1602 secara resmi dibentuklah persekutuan kongsi dagang belanda di nusantara sebagai hasil fusi antar kongsi
Kongsi dagang belanda ini diberi nama “Verree nigde oost indische, pagenie compag (VOC)”. Atau dapat disebut dengan “perserikatan maskapai perdagangan hindia timur/kongsi dagang india timur”. Voc secara resmi didirikan di Asterdam. Adapun tujuan dibentuk VOC ini antara lain untuk: (1) menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama kelompok atau kongsi pedagang belanda yang telah ada, (2) memperkuat kedudukan belanda dalam menghadapi persaingan dengan para pedagang negara lain
VOC dipimpin oleh sebuah dewan yang beranggotakan 17 orang sehingga disebut “Dewan 17” (de hee ren XVII). Mereka terdiri dari 8 perwakilan kota pelabuhan dagang di belanda. Markas besar dewan ini berkedudukan di Amsterdam. Dalam menjalankan tugas, VOC ini memiliki beberapa kewenangan dan hak hak antara lain :
1.      Melakukan monopoli perdagangan di wilayah antara tanjung harapan sampai selat magellan, termasuk kepulauan nusantara.
2.      Membentuk angakatan perang sendiri
3.      Melakukan peperangan
4.      Melakukan perjanjian dengan raja-raja setempat,
5.      Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri
6.      Mengangkat pegawai sendiri dan
7.      Memerintah di negeri jajahan

Sebagai sebuah kongsi dagang, dengan kewenangan hak hak di atas, menunjukan bahwa VOC memiliki hak-hak istimewa dan kewenangan yang sangat luas. VOC sebagai kongsi dagang bagaikan negara dalam negeri.
Dengan memiliki hak untuk membentuk angkatan perang sendiri dan boleh melakukan peperangan, maka VOC cenderung ekspansi. VOC terus berusaha memperluas daerah-daerah di nusantara sebagai wilayah kekuasaan dan monopoli nya. VOC juga memandang bangsa-bangsa eropa yang lain sebagai musuhnya. Mengawali ekspansinya tahun 1605 VOC telah berhasil mengusir portugis dan ambon. Benteng pertahanan portugis di ambon dapat diduduki tentara VOC. Benteng itu kemudian oleh VOC diberi nama Benteng Victoria.
Pada awal pertumbuhannya sampai tahun 1610, “ Dewan tujuh Belas “ secara langsung harus menjalankan tugas-tugas dan menyelesaikan berbagai urusan VOC, termasuk urusan ekspansi untuk perusahaan wilayah monopoli. “ Dewan tujuh belas” yang berkedudukan di amsterdam, belanda mengurus wilayah yang ada di Kepulauan Nusantara. Sudah barang tentu “Dewan Tujuh Belas” tidak dapat menjalankan tugas sehari-hari secara cepat dan efektif. Sementara itu persaingan dan permusuhan dengan bangsa-bangsa lain juga semakin keras. Berangkat dari permasalahan ini maka pada 1610 secara kelembagaan diciptakan jabatan baru dalam organisasi VOC, yakni jabatan gubernur jenderal. Gubernur jenderal merupakan jabatan tertinggi yang brtugas mengendalikan kekuasaan di negara jajahan VOC. Disampig itu juga dibentuk “Dewan Hindia” (Read Van Indie). Tugas “Dewan Hindia” ini adalah memberi nasihat dan mengawassi kepemimpinan gubernur jenderal. Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah Pieter Both (1610-1614). Sebagai gubernur jenderal yang pertama, Pieter Both sudah tentu harus mulai menata organisasi kongsi dagang ini sebaik-baiknya agar harapan mendapatkan monopoli perdagangan di Hindia Timur dapat diwujudkan. Pieter Both pertama kali mendirikan pos perdagangan di Banten pada tahun 1610. Pada tahun itu juga Pieter Both meninggalkan Banten dan berhasil memasuki Jayakarta. Penguasa Jayakarta waktu itu, pangeran Wijayakrama sangat terbuka dalam hal perdagangan. Pedagang dari mana saja bebas berdagang, disamping dari Nusantara juga dari luar seperti Portugis , Inggris, Gujarat/India, Persia , Arab , termasuk juga Belanda. Dengan demikian Jayakarta dengan pelabuhannya Sunda Kelapa menjadi kota dagang yang sangat ramai. Kemudian pada tahun 1611 Pieter Both berhasil mengadakann perjanjian dengan penguasa Jayakarta, guna pembelian sebidang tanah seluas 50X50 vadem (satu vadem sama saja dengan 182 cm) yang berlokasi disebelah timur Muara Ciliwung. Tanah inilah yang menjadi cikal bakal hunian dan daerah kekuasaan VOC di tanah Jawa dan menjadi cikal bakal Kota Batavia. Di lokasi ini kemudian didirikan bangun batu berlantai dua sebagai tempat tinggal, kantor dan sekaligus gudang. Pieter Both juga berhasil mengadakan perjanjian dan menanamkan pengaruhnya di Maluku dan berhasil mendirikan pos perdagangan di Ambon.

b.      voc semakin merajalela
Pada tahun 1614 pieter both digantikan oleh gubernur jenderal gerard reynst (1614- 1615). baru jalan satu tahun ia digantikan gubernur jenderal yang baru yakni laurens reael (1615-1619). pada masa jabatan laurens reael berhasil dibangun gedung mauritius yang berlokasi ditempat sungai ciliwung.
Orang orang belanda yang tergabung dalam voc itu memang cerdik. pada awalnya mereka bersikap baik dengan rakyat. hubungan dagang dengan kerajaan kerajaan yang ada di nusantara juga berjalan lancar. bahkan seperti telah dijelaskan diatas,orang orang belanda dibawah pimpinan gubernur jenderal pieter both diizinkan oleh pangeran wijaya krama untuk membangun tempat tinggal dan loji di jayakarta. sikap baik rakyat dan para penguasa tempat ini dimanfaatkan oleh voc untuk semakin memperkuat kedudukannya dinusantara. lama kelamaan orang orang belanda mulai menampakkan sikap congkak,dan sombong.setelah merasakan nikmatnya tinggal dinusantara dan menikmati keuntungannya yang melimpah dalam berdagang,belanda semakin bernafsu ingin menguasai dan kadang kadang melakukan paksaan dan kekerasan. hal ini telah menimbulkan kebencian rakyat dan penguasa lokal. oleh karena itu,pada tahun 1618 sultan banten yang dibantu tentara inggris dibawah laksamana thomas dale berhasil mengusir voc dari jayakarta. orang orang voc lemudian menyingkir ke maluku.setelah voc hengkang dari jayakarta pasukan banten pada awal tahun 1619 juga mengusir inggris dari jayakarta.dengan demikian jayakarta sepenuhnya dapat dikendalikan oleh kesultanan banten.
Tahun 1619 gubernur jenderal voc laurens reael digantikan oleh gubernur jenderal jan pieterzooncoen (j.p.coen) . j.p.coen dikenal gubernur jenderal yang berani dan kejam serta ambisius. oleh karena itu,merasa bangsanya dipermalukan pasukan banten dan inggris di jayakarta,maka j.p pun mempersiapkan pasukan untuk menyerang jayakarta. armada angkatan laut dengan 18 kapal perangnya mengepung jayakarta . ternyata dalam waktu singkat jayakarta dapat diduduki voc. kota jayakarta kemudian dibumi hanguskan oleh j.p coen pada tanggal 30 mei 1 619. diatas puing puing kota jayakarta itulah dibangun kota baru bergaya kota dan bangunan diblanda. kota baru itu dinamakan batavia sebagai pengganti nama jayakarta.
JP pun adalah Gubernur Jenderal yang sangat bernafsu untuk memaksakan monopoli. ia juga dikenal sebagai peletak dsar penjajahan voc di indonesia . disertai dengan sikap congkak dan tindakan yang kejam,j.p pun berusaha menngkatkan eksploitasi kekayaan bumi nusantara. cara cara voc untuk meningkatkan eksploitasi kekayaan alam dilakukan antara lain dengan :
1.      Merebut pasaran produksi pertanian,biasanya dengan memaksakan monopoli, seperti minopoli rempah rempah di maluku.
2.      Tidak ikut aktif secara langsung dalam legiatan produksi hasil pertanian.cara memproduksi hasil pertanian dibiarkan berada ditangan kaum pribumi,tetapi yang penting voc dapat memperoleh hasil hasil pertanian itu dengan mudah,sekalipun harus dengan paksaan.
3.      VOC sementara cukup menduduki tempat tempat yang strategis.
4.      VOC melakukan campur tangan terhadap kerajaan kerajaan dinusantara ,terutama menyangkut usaha pengumpulan hasil bumi dan pelaksanaan monopoli.dalam kaitan ini voc memiliki daya tawar yang kuat,sehingga dapat menentukan harga.
5.      Lembaga lembaga pemerintahan tradisional atau kerajaan masih tetap dipertahankan dengan harapan bisa diengaruhi atau diperalat, kalau tidak mau baru diperangi.
Setelah berhasil membangun batavia dan letakkan dasar dasar penjajahan dinusantara,pada tahun 1623 j.p coen kembali kenegeri belanda. dia menyerahkan kekuasaannya kepada pieter de carpentier.tatapi oleh pimpinan voc di belanda , j.p coen diminta kembali ke batavia . akhirnya pada tahun 1627 j.p coen tiba dibatavia dan diangkat kembali sbagai gubernur jenderal untuk jabatan ke dua kalinya. pada masa jabatan yang ke dua inilah terjadi serangan tentara mataram dibawah sultan agung ke batavia.
Batavia senantiasa memiliki posisi yang strategis bagi VOC. Semua kebijakan dan tindakan VOC di kawasan Asia dikendalikan dari markas besar VOC di Batavia. Di samping itu Batavia juga terletak pada persimpangan atau menjadi penghubung jalur perdagangan internasional. Batavia menghubungkan perdagangan di Nusantara bagian barat dengan malaka,india,kemudian juga menghubungkan dengan Nusantara bagian Timur. Apalagi Nusantara bagian timur ini menjadi daerah penghasil rempah - rempah yang utama, maka posisi Batavia yang berada ditengah - tengah itu menjadi semakin strategis dalam perdagangan rempah - rempah.
VOC semakin serakah dan bernafsu untuk menguasai Nusantara yang kaya rempah - rempah ini. Tindakan intervensi politik terhadap kerajaan - kerajaan di Nusantara dan pemaksaan monopoli perdagangan terus dilakukan. Politik devide et impera dan berbagai tipu daya juga dilaksanakan demi mendapatkan kekuasaan dan keuntungan sebesar - besarnya. Sebagai contoh, Mataram yang merupakan kerajaan kuat di Jawa akhirnya juga dapat dikendalikan secara penuh oeh VOC. Hal ini terjadi setelah dengan tipu muslihat VOC. Raja Pakubuwana II yang sedang dalam keadaan sakit keras dipaksa untuk menandatangani naskah penyerahan kekuasaan Kerajaan Mataran kepada VOC pada tahun 1749. Tidak hanya kerajaan - kerajaan di Jawa, kerajaan - kerajaan di luar Jawa berusaha ditaklukkan. Untuk memperkokoh kedudukannya di Indonesia bagian barat dan memperluas pengaruhnya di Sumatera,VOC berhasil menguasai malaka setelah mengalahkan saingannya,Portugis pada tahun 1641. Berikutnya VOC berusaha meluaskan pengaruhnya ke Aceh. Kerajaan Makassar dibawah Sultan Hasanuddin yang tersohor di Indonesia bagian timur juga berhasil dikalahkan setelah terjadi Perjanjian Bongaya tahun 1667. Dari Makassar VOC juga berhasil memaksakan kontrak dan monopoli perdagangan dengan Raja Sulaiman dari Kalimantan Selatan. Sementara jauh sebelum itu yakni tahun 1605 VOC sudah berhasil mengusir Portugis dari Ambon. VOC menjadi berjaya setelah berhasil melakukan monopoli perdagangan rempah - rempah di kepulauan Maluku. Untuk mengendalikan pelaksanaan monopoli di kawasan ini dilaksanakan Pelayaran Hongi.
Pengaruh dan kekuasaan VOC semakin meluas. Untuk memperkuat kebijakan monopoli ini disetiap daerah yang dipandang strategis armada VOC diperkuat. Benteng - benteng pertahanan dibangun. Sebagai contoh benteng Doorstade dibangun di Saparua, benteng Nasau di Banda, di Ambon sudah ada Benteng Victoria,Benteng Oranye di Ternate,dan benteng Rotterdam di Makasar.
Dalam rangka memperluas pengaruh dan kekuasaannya itu,ternyata perhatian VOC juga sampai ke Irian/Papua yang dikenal sebagai wilayah yang masih tertutup dengan hutan belantara yang begitu luas. Penduduknya juga masih bersahaja dan primitif. Orang Belanda yang pertama kali sampai ke Irian adalah Willem Janz. Bersama armadanya rombongan Willem Janz menaiki Kapal Duyke dan berhasil memasuki tanah Irian pada tahun 1606. Willem Janz ingin mencari kebun tanaman rempah - rempah. Tahun 1616 - 1617 Le Maire dan William Schouten mengadakan survei di daerah pantai timur laut Irian dan menemukan Kepulauan Admiralty bahkan sampai ke New Ireland. Dengan penemuan ini maka nama William diabadikan sebagai nama Kepulauan, Kepulauan Schouten. Pada waktu orang - orang Belanda sangat memerlukan bantuan budak, maka banyak diambil dari orang - orang Irian. Pengaruh VOC di Irian semakin kuat. Bahkan pada tahun 1667, pulau - pulau yang termasuk wilayah Irian yang semula berada dibawah kekuasaan Kerajaan Tidore sudah berpindah tangan menjadi daerah kekuasaan VOC. Dengan demikian daerah pengaruh dan kekuasaan VOC sudah meluas diseluruh Nusantara.
Memahami uraian diatas, jelas bahwa VOC yang merupakan kongsi dagang itu berangkat dari usaha mencari untung kemudian dapat menanamkan pengaruh bahkan kekuasaannya di Nusantara. Fenomena ini juga terjadi pada kongsi dagang milik bangsa Eropa yang lain. Artinya, untuk memperkokoh tindakan monopoli dan memperbesar keuntungannya orang - orang Eropa itu harus memperbanyak daerah yang dikuasai (daerah kolonialnya ) . Tidak hanya daerah yang dikuasai secara ekonomi, kongsi dagang itu juga ingin mengendalikan secara politik atau memerintah daerah tersebut. Bercokollah kemudian kekuatan kolonialisme dan imperialisme.
Dalam praktiknya,antara kolonialisme dan imperialisme sulit untuk dipisahkan. Kolonialisme merupakan bentuk pengakalan imperiallisme ((Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed),2012). Muara kedua paham itu adalah penjajahan dri Negara yamg satu terhadap daerah atau bangsa yang lain. Sistem inilah yang umumnya diterapkan bangsa – bangsa Eropa yang dtang dikepulauan Nusantara, baik Protugis,Spanyol,Inggris,maupun Belanda. Berangkat dari motivasai untuk memperbaiki taraf kehidupan ekonomi kemudian meningkat menjadi nafsu untuk menguasai dan mengeruk kekayaan dan keuntungan sebanyak – banyaknya dari daerah koloni untuk kejayaan bangsanya sendiri. Pihak atau bangsa lain dipandang sebagai musuhdan harus disingkirkan. Sifat keangkuhan dan keserakahan telah menghiasi perilaku kaum penjajah. Inilah sifat – sifat yang sangat dibenci dan tidak di ridhoi oleh tuhan yang maha ESA.
Demikian halnya dengan VOC, tidak sekedar menjadi sebuah kongsi dagang yang berusaha untuk mencari untung tetapi juga ingin menanamkan kekuasaannya di Nusantara. VOC dengan hak – hak dan kewenangan – kewenangan yang diberikan pemerintah dan parlemen Belanda telah melakukan penjajahan dan penguatan akar kolonialisme dan imperialisme di Nusantara. Melalui cara – cara pemaksaan monopoli perdagangan, politik – politik memecah belah serta tipu muslihat yang sering disertai tindak peperangan dan kekerasan, semakin mmemperluas daerah kekuasaan dan memperkokoh kemaharajaan VOC. Sekali lagi tindak keserakahan dan kekerasan yang dilakukan oleh VOC itu menunjukan mereka tidak mau bersyukur atas karunia yang diberikan tuhan yang maha ESA. Oleh karena itu, wajar kalau timbul perlawanan dari berbagai daerah misalnya dari AcehBanten, Demak, Mataram, Banjar, Makassar, dan Maluku.



c.      VOC menuju kebangkrutan
Pada abad ke-17 hingga awal abad ke-18, VOC mengalami puncak kejayaan. Penguasa dan kerajaan-kerajaan lokal berhasil diungguli. Kerajaan-kerajaan itu sudah menjadi bawahan dan pelayan kepentingan VOC. Jalur perdagangan yang dikendalikan VOC menyebar luas membentang dari Amsterdam, Tanjung Harapan, India sampai Irian/Papua. Keuntungan perdagangan rempah-rempah juga melimpah. Namun dibalik itu ada permasalahan yang bermunculan. Semakin banyak daerah yang dikuasai ternyata juga membuat pengelolaan semakin kompleks. Semakin luas daerahnya, pengawasan juga semakin sulit. Kota Batavia juga semakin ramai dan semakin padat. Orang-orang timur seperti Cina dan Jepang diizinkan tinggal di Batavia. Sebagsi pusat pemerintahan VOC, Batavi juga semakin dibanjiri penduduk, sehingga tidak jarang menimbulkan masalah-masalah sosial.
            Pada tahun 1749 terjadi perubahan yang mendasar dalam lembaga kepengurusan VOC. Pada tanggal 17 Maret 1749, Perlemen Belanda mengeluarkan UU yang menetapkan bahwa Raja Willem IV sebagai penguasa tertinggi VOC. Dengan demikian, anggota pengurus “Dewan Tujuh Belas” yang semula dipilih oleh perlemen dan provinsi pemegang saham (kecuali provinsi Holland), kemudian sepenuhnya menjadi tanggung jawab Raja. Raja juga menjadi panglima tertinggi tentara VOC. Dengan demikian VOC berada dibawah kekuasaan raja. Pengurus VOC mulai akrab dengan pemerintah Belanda. Kepentingan pemegang saham menjadi terabaikan. Pengurus tidak lagi berpikir memajukan usaha perdagangannya, tetapi berpikir memperkaya diri. VOC sebagai kongsi dagang swasta keuntungannya semakin merosot. Bahkan tercatat pada tahun 1673 VOC tidak lagi mampu membayar dividen. Kas VOC juga merosot tajam karena serangkaian perang yang telah dilakukan VOC dan beban hutang pun tidak terelakan.
            Sementara itu para pejabat VOC juga semakin feodal. Pada tanggal 24 Juni 1719 Gubernur Jenderal Henricus Zwaardecroon mengeluarkan ordonansi untuk mengatur secara rinci cara penghormatan terhadap Gubernur Jeneral,kepada Dewan Hindia, beserta istri dan anak-anaknya. Missalnya, semua orang harus turun dari kendaraan bila berpapasan denhgan para pejabat tinggi tersebut, warga keturunan Eropa harus menundukan kepala, dan warga bukan orang Eropa harus menyembah. Kemudian Gubernur Jenderal Jacob Mosel juga mengeluarkan Ordonansi baru tahun 1754. Ordonansi ini mengatur kendaraan kebesaran. Misalnya kereta ditarik enam ekor kuda, hiasan berwarna emas dan kusir orang Eropa untuk kereta kebesaran gubernur jenderal, sedang untuk anggota dewan hindia kuda yang menarik kereta hanya empat ekor dan hiasannya warna perak. Nampaknya para pejabat VOC sudah gila hormat dan ingin berfoya-foya. Sudah barang tentu ini juga membebani anggaran.
            Posisi jabatan dan berbagai simbol kehormatan tersebut tidaklah lengkap tanpa hadiah dan upeti. Sistem uoeti ini ternyata juga terjadi di kalangan pejabat, dari pejabat di bawahannya kepada pejabat yang lebih tinggi. Hal ini se ua terkait dengan mekanisme pergsntian jabatan ditubuh organisasi VOC. Semua bermuatan korupsi. Gubernur Jenderal Van Hoorn konon menumpuk harta sampai 10jt gulden ketika kembali ke Belanda pada tahun 1709, sementara gaji resminya hanya sekitar 700 gulden sebulan. Gubernur Maluku berhasil mengumpulkan kekayaan 20-30 ribu gulden dalam waktu 4-5 tahun, dengan gaji sebesar 150 gulden per bulan. Untuk menjadi karyawan VOC juga harus dengan menyogok. Pengurus VOC di Belnada memasang tarif sebesar f 3.500,- bagi yang ingin menjadi pegawai onderkoopman (pada gaji resmi per bulan sebagai onderkoopman hanya f.40,-), untuk menjadi kapiten harus menyogok f.2000,-dan begitu seterusnya yang semua telah merugikan uang lembaga. Demikianlah para pejabat VOC terjangkit penyakit korupsi karna ingin kehormatan dan kemewahan sesaat. Beban utang VOC semakin berat, sehingga akhirnya VOC sendiri bangkrut. Bahkan ada sebuah ungkapan, VOC kepanjangan dari Vergaan Onder Corruptie (tenggelam karena korupsi).
            Dalam kondisi bangkrut VOC tidak dapat berbuat banyak. Menurut penilaian pemerintah keberadaan VOC sebagai kongsi dagang yang menjalankan roda pemerintahan di negeri jajahan tidak dapat dilanjutkan lagi. VOC telah bangkrut, oleh karena itu, pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dinyatakan bubar. Semua utang dan piutang dan segala milik VOC diambil alih oleh pemerintah. Pada waktu itu sebagai Gubernur Jenderal VOC yang terakhir Van Overstraten masih harus bertanggungjawab tentang keadaan di Hindia Belanda. Ia mempertahankan jawa dari serangan Inggris.



LATIH UJI KOMPETENSI
1.      Coba jelaskan posisi Kedudukan Maluku dalam perdagangan internasional abad ke-15 sampai abad ke-17!
2.      Mengapa VOC dikatakan sebagai negara dalam negara, jelaskan!
3.      J.P Coen dapat dikatakan sebagai peletak pasar penjajahan VOC di Indonesia. Jalaskan!
4.      Tahukah kamu apa yang dimaksud Pelayaran Hongi? Bagaimana praktiknya sehingga keuntungan tetap jatuh ke tangan VOC?
5.      Bagaimana penilaian kamu tentang praktik korupsi yang dilakukan pegawai VOC dan bagaimana dengan yang terjadi di Indonesia dewasa ini?


JAWABAN
1.      Secara singkatnya Kepulauan Maluku pada masa tersebut terletak pada posisi yang strategis. Kepulauan Maluku termasuk kedalam jalur perdagangan terbesar saat itu, yaitu Cina-Malaka dan jalur Maluku-Malaka. Jalur ini ramai oleh para pedagang rempah-rempah dan pedagang beras. Kepulauan Maluku menduduki kawasan strategis yang dikenal sebagai Indonesia Timur, mejadi rebutan negara-negara asing terutama Spanyol, Portugis, dan Belanda. Memiliki perkembangan kebudayaan yang tinggi akubat lalu lintas perdagangan tersebut. Secara teori kawasan terbuka lebih cepat dipengaruhi oleh pengaruh luar. Apalagi saat itu boomingnya rempah-rempah dimana rempah-rempah didaerah tersebut sangat melimpah. Kepulauan Maluku menjadi sangat seksi dimata para penjajah, istilah kerennya “bukan berlayar namanya kalau belum pernah ke Maluku.
2.      Karena pemerintah Belanda memberikan Hak Octroi atau hak istumewa kepada VOC, yang meliputi:
1)      Hak monopoli
2)      Hak untuk membuat uang
3)      Hak untuk mendirikan benteng
4)      Hak untuk melaksanakan perjanjian dengan kerajaan di Indonesia
5)      Hak untuk membentuk tentara
Jadi VOC bisa mengatur segala urusannya, lazimnya seperti sebuah negara.
3.      Hal ini dikarenakan JP Coen adalah Gubernur pertama VOC diwilayah Hindia-Belanda sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh beliau banyak merugikan bangsa Indonesia, terutama dalam hal perdagangan, dengan sistem monopoli perdagangan yang diterapkan oleh VOC membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk dan melemahkan perekonomian rakyat.
4.      Pelayaran Hongi dimaksud untuk mengawasi jalannya monopoli perdagangan oleh VOC di Maluku. Pelayaran ini dimaksud untuk menjaga jalannya monopoli sehingga tidak terjadi pasar gelap. Keuntungan didapat karena VOC monopoli perdagangan sehingga harga dapat diatur sesuka hati mereka. Pelayran Hongi dilakukan dalam perdagangan terutama pada rempah-rempah.
5.      Sangat jelas apa yang terjadi pada masa lalu merupakan gambaran masa kini. Seperti halnya korupsi yang terjadi pada masa VOC tidak jauh berbeda dengan Bangsa Indonesia saat ini. Mungkin saja budaya korupsi yang melanda bangsa Indonesia merupakan peninggalan dari masa VOC, sehingga sangat sulit untuk dihindari. Oleh sebab itu, bangsa itu harus bangkit dan merubah mental sehingga dapat memperbaiki harta dan martabat Bangsa Indonesia dimata sendiri dan dimasa dunia. Korupsi yang dilakukan pegawai VOC dengan pejabat-pejabat Indonesia tidak jauh berbeda. VOC mengalami kebangkrutan dikarenakan banyaknya pegawai yang melakukan korupsi. Seharusnya kita belajar dari VOC, jika bangsa Indonesia ( terutama pejabat negara ) melakukan korupsi maka akan berdampak bagi negara Indonesia. Jika di lakukan terus-menerus, maka bangsa Indonesia bisa hancur.

Goresan Pena

Tentang Wanita

`Wanita adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Seperti sabda Rasulullah Saw dlm hadis Shahih, bahwa dunia ini adalah perhiasan & sebaik-bai...